Jumat, 31 Juli 2009

Reuni ex. Eternal I, Eastern Karawaci 30 Juli 2009



Ini kali pertama kita coba berkumpul kembali dalam suasana yang lebih ceria. Walaupun tidak semua teman-teman yang diundang datang. Kesibukan rutinitas sehari-hari yang tidak dapat ditinggalkan nampaknya menghalangi niat untuk berkumpul. Tapi paling tidak ini adalah insial pertama untuk pertemuan berikutnya....hopefully.

Pertanyaan berikutnya adalah apakah yang kita bisa kita lakukan kemudian sehingga pertemuan ini menjadi lebih berarti bagi kita semua? Tidak hanya sekedar menjadi ajang kumpul-kumpul, kangen-kangenan dan benostalgia.......any ideas?


Senin, 20 Juli 2009


Dear Friends,

Beberapa waktu yang lalu, pada sebuah  "group millis", saya dan beberapa teman terlibat perbincangan hangat mengenai manfaat dan  kerugian merokok, baik untuk diri kita sendiri dan lingkungan sekitar kita.  Ada yang menarik dari diskusi tersebut, saat salah satu teman saya mengajak kita untuk berpikir "diluar kotak yang biasa", thinking out of box! Hanya saja saya agak ragu dengan pemikirian tsb. Jangan-jangan saat kita sudah berfikir bahwa kita sudah berpikir "diluar kotak", ternyata kita malah masuk "kedalam kotak" yang lain, jadi sepertinya diluar "kotak tsb", ada "kotak lain", dan diluranya ada kotak lagi yang terus berlapis-lapis.....paradoks kah ini???

Berikut artikel bagus (juga kiriman dari teman, red), mengenai  "thinking out of box"....selamat membaca:

Rgds
Aan

Talk about Thinking out of the box...

If your company, Comb manufacturers assigned you to sell the
comb to the monks in the temples? Can you do it?

What is your answer?
a) No way... Impossible
b) Crazy
c) I will give it a try in order to follow my boss instruction
d) Well, I will try.
e) Ya, I think I can sell ??? (5pcs? 10pcs? 50pcs? or more...you name it)
Pick an answer above and read below to find out if you are/you are going
to be a successful person or not at all .

The Story: SELLING COMB TO THE MONKS

There was one company "manufacturing combs" which intends to expand
its business and so the management wanted to employ a new Sales Manager.

The company ADVERTISED the vacancy in the newspaper . They are so many
peoples turned up for the interview everyday....accumulated to almost a
hundred peoples in just few days...

The Company now having the problem to choose the right candidate for this
position . So, The Company interviewer had set A Difficult Task to whom who
want to come for final interview.

The Task Is To : Selling Comb To Monks In Temples
Only 3 Applicants willing to stay on for this Final Interview challenge. (Mr A ,
Mr B , Mr C)
The Chief Interviewer instructed: "Now I want three of you here to sell these
wooden combs to the monks in the temples. You only have 10 days to do it
and report to me after that ."

After 10 days, they reported .
The Chief Interviewer asked Mr A: How many have you sold?
Mr A Answered: Only One.
The Chief Interviewer Asked: How did you manage to sell?
Mr A Answered: The monks in the temples scolded me when I show them the
comb . But on my way back to downhill I met a young monk who bought it to
scratch his head due to dandruff".

The Chief Interviewer then asked Mr B: How many did you sell?
Mr B replied: 10 pieces. I went to a shrine and noticed many devotees's hair
was in bad shape due to strong wind outside the shrine. The monk in there
listened to my advice and bought 10 combs for their devotees in showing
respect to the Buddha statue.

Then, The Chief Interviewer asked Mr C: How about you?
Mr C replied: 1,000 units.
The Chief Interviewer and the other 2 interviews were astounded.
He asked: How you did that?
Mr C replied: I went to a famous temple. After observing for few days I
discovered that there were many tourists. I then told the Chief Abbot there.
"Sifu, those who come here are much devoted. If you could give them a gift,
it will be more elating to them. I told him that I have a bulk of combs here
and ask him to raft his handwriting on the combs as a present to those visit
here.  He was very delighted and straight away ordered 1,000 pieces."

The End of Story.

MORAL OF THE STORY
HARVARD UNIVERSITY had done a research that says :-
1) 85% of success is due to attitude  and 15% is capability
2) Attitude is more important than intelligence, specials skills and luck .
In another word , professional knowledge only constitutes for 15% of success
of a person and 85% is due to self-cultivation, public relation and adaptability
ability .
Still remember the story of Selling Shoes to African ? When 2 Salesmen were
sent to that continent, one of them reported: Can not do it. No one wears shoes
there?  The second salesman said: It is good to market . A lot of opportunity .

Success and Failure is dependant on how we face problems.



Rabu, 15 Juli 2009

Buat yang merokok...renungkanlah!!!

TUHAN SEMBILAN CENTI
Oleh
Taufiq Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,
 
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang
yang tak merokok,
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah…ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntutan cara merokok,
Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabaranya kuda andong minta diajari pula merokok,
 
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi
perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,
Di pasar orang merokok,
di warung tegal pengunjung merokok,
di restoran, di took buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,
 
 
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter
tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun
menderita di kamar tidur ketika melayani para
suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,
  
Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang
bergumul saling
menularkan HIV-AIDS sesamanya,
tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
 
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya
mengepulkan asap rokok
di kantor atau di
stopan bus, kita ketularan penyakitnya.
 
Nikotin lebih
jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,
 
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan
nikotin paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali
pun
asap tembakau itu, bisa ketularan kena,
 
Di puskesmas pedesaan orang kampong merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
Di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
Di ruang tunggu dokter pasien merokok,
Dan ada juga
Dokter-dokter merokok,
 
Istirahat main tenis orang merokok,
Di pinggir lapangan voli orang merokok,
Menyandang raket badminton orang merokok,
Pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
Panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis,
Turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor
Perusahaan rokok,
 
Di kamar kecil 12 meter kubik,
Sambil ‘ek-‘ek orang goblok merokok,
Di dalam lift gedung 15 tingkat
Dengan tak acuh orang goblok merokok,
Di ruang siding be-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi,
Orang-orang goblok merokok,
 
Indonesia adalah semacam
Firdaus-jannatun- na’im sangat ramah bagi orang perokok, tapi
Tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,
 rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
Diam-diam menguasai kita,
 
Di sebuah
Ruang sidang be-AC penuh, duduk sejumlah ulama
Terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
 
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab
Ilmu falak, tapi ahli hisap rokok.
 
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka
Terselip berhala-berhala kecil,
Sembilan senti panjangnya, putih warnanya,
Kemana-mana dibawa dengan setia,
Satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,
Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
Tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan,
Cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
 
Inikah gerangan pertanda yang banyak kelompok ashabul yamiin
dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?
 
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruang AC penuh itu.
Mammu’ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tidak tahan, di luar itu sajalah merokok.
 
Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir
Diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?
Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.
 
Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaath.
mohon ini direnungkan tenang-tenang,
karena pada zaman Rosulullah dahulu,
sudah ada alcohol, sudah ada babi, tapi
belum ada rokkok.
Jadi ini PR untuk para ulama.
 
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas
Hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,
Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar
Perbandingan ini.
 
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil
yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka.
 
Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
 
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan
ada yang mulai terbatuk-batuk,
 
Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
Sajak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati
karena penyakit rokok.
 
korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang koran 
kecelakaan lalu lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba.

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil
itu sangat beerkuasa di Negara kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,
 
Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
Tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada
tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk
dan fana dalam
nikmat lewat upacara menyalakan api
dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,
 
rabbana, beri kami
kekuatan menghadapi berhala-berhala ini
Dengan segala hormat, tidak bermaksud menyinggung siapapun dengan puisi ini. kalaupun iya, yang disinggung adalah perilaku dan bukan orangnya.

Semoga segera nyadar... hal itu lebih banyak mudharatnya daripada syafaatnya.